Seperti biasa, akhir pekan adalah saatya melepaskan diri dari kesibukan (emang sibuk gitu ya?). kalau tidak salah hari itu hari minggu, aku dan beberapa teman dari Koskas Malang berencana untuk ke Bedengan. Bedengan sama dengan Coban Rais, sama - sama merupakan tempat perkemahan. Hanya bedanya di Bedengan tidak ada air terjunnya (atau mungkin emang akunya yang gak ngerti?), jalurnya juga tidak sulit, sangat - sangat pancalable banget. Kesini pun juga banyak rutenya.
Pagi hari jam 7, aku sudah nongkrong santai ngerokok sendirian di depan gerbang UB Suhat. belum nampak satupun teman yang mau gowes untuk hari itu, padahal untuk menghindari panas terik matahari kita paling akhir harus berangkat sekitar jam 7.
Setelah habis dua batang rokok, satu persatu teman - teman gowes sudah datang. Ngobrol - ngobrol sebentar, kami pun berangkat. Start dari gerbang UB Suhat, kita ke barat ke arah Villa Puncak Tidar. Karena banyak angkatan tua daripada angkatan mudanya, jadi bisa maklum kalau hari itu mancalnya agak lambat, hehehe.
nampang dulu di depan Villa Puncak Tidar
setelah beristirahat disini, kita lanjut mengikuti jalan kecil sampai bertemu jalan aspal. Ikuti jalan, nanjaknya juga lumayan. Apabila kita naik motor tidak akan terlihat kalau jalan ini menanjak, tetapi kalau naik sepeda, terasa tuh di dengkul nyut - nyutannya, mana masih jauh pula.
Entah sudah berapa kali kita istirahat, dan seorang personil harus turun karena ada kepentingan yang mendesak (atau gagal dengkul om? hehehe :p). baru setengah perjalanan matahari sudah hampir sampai di ubun - ubun. Waduh, udah siang nih, kalau dipaksakan juga bisa gagal dengkul nanti. Berhubung baru saya saja yang belum pernah ke Bedengan, maka teman - teman serombongan dengan berat hati gak jadi turun (hehehe). Ketika perjalanan sudah hampir sampai tiga perempatnya, ada sebuah tanjakan yang maha bikin capek, ibaratnya kalo di Semeru ini kayak tanjakan cinta, tapi ini versi sepedaan. hanya dua orang yang nggak nuntun, aku dan Dimas, lainnya terpaksa dorong sepeda masing masing. Berhubung katanya sudah dekat dan tanjakan selanjutnya tidak terlalu bikin ngos - ngosan, semangat membara lagi (halah).
Setelah tanjakan cinta, masih lurus sampai jalan aspal berubah jadi makadam. Belok kanan ke arah perkebunan penduduk. Oiya selama perjalanan kita bakal dihibur dengan aroma buah jeruk di kanan kiri. Trek ke Bedengan memang melewati perkebunan jeruk. Jadi apabila ingin kesini dan kebetulan ketika hampir tiba musim panen, bawa tisu untuk mengelap liur yang menetes.
Yiha, kita hampir sampai. Jalan offroad sudah mulai menurun. Suara keramaian manusia sudah mulai ramai terdengar. Kaki sudah mulai tidak mengayuh lagi, hanya menahan goncangan karena jalan berbatu. pemandangan apapula ini di depan? Oh, lagi ospek. mana banyak wanitanya pula. Hmmmmmmm, hasrat ngeceng sudah mulai timbul lagi. Narsis - narsis dulu disini pun juga gak ada yang ngelarang. Bedengan tempatnya sejuk, pepohonannya lumayan banyak. Ada sungai kecil di dekat perkemahan.
ketika mulai dekat perkemahan, sayup - sayup suara manusia terdengar dari kejauhan
Untuk yang ingin ke Bedengan, saya nggak nulis jalurnya. Karena untuk kesini jalurnya banyak, lagipula kemarin ketika kesini juga kita ngambil jalur yang panjang.
Sedikit tips apabila ingin kesini :
- Berangkatlah agak pagi, karena trek lumayan panjang
- Pakai baju lengan panjang atau legging, biar kulit nggak hitam
- Siapkan juga duit, kali aja disini pengen beli jeruk, lumayan murah kok disini
sungai kecil di dekat perkemahan
wah...sepeda, selalu menarik perhatian saya
BalasHapussaya juga sukanya gitu mas, sepedaan tapi gak lewat aspal...wehweewhe
.
mampir balik ya mas
ghozaliq.wordpress.com
salam celoteh backpacker :D
iya, sayangnya sepeda saya nggak kuat kalo offroadnya keterlaluan x_x
Hapussiap kunjungan balik
salam celoteh backpacker :D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus