Kamis, 02 Mei 2013

Malang Bandung Bersepeda, Dengkul Pun Ngebul Part 1



Sebulan lebih buat ngumpulin niat nulis catatan perjalanan ini. Wekekekek, emang nyari mood buat nulis parah banget beberapa waktu terakhir ini. Namun karena udah hutang buat nulis cerita ini dengan kekuatan yang ada ngumpulin mood buat nulis. Mari kita simak cerita berikut ini :)

Awal kisah adalah saat siang hari browsing kaskus, ditemani secangkir kopi dingin dan sebatang rokok, ada pengumuman di forum sepeda kaskus. Yeah, jambore sepeda. Seumur umur belum pernah menginjakkan kaki ke kota Bandung yang katanya berhawa dingin tersebut. Plan di kepala langsung muter. Sip, aku kudu gowes kesana kali ini. Niat yang lalu buat keliling pulau Jawa pake sepeda udah gagal total. Kali ini kudu berhasil selamat nyampe Bandung. Langsung buka google maps, cari rute yang sip dan paling dekat buat kesana. Gak lupa juga woro - woro ke para anggota Koskas Malang. Alhamdulillah, Mas Danang meminjamkan handlebar panniernya sekaligus menanggung biaya pendaftaran, Mas Feri juga ngasih dana buat tiket kepulangan. Yeah, you rock mamen !!!


16 Maret, pukul 00.00, Pra Gowes
Masih berkutat dengan laptop bobrok di kamar kosan. Ceilah, demam panggung ceritanya. Harap maklum, ini adalah rute bikepacking terjauh saya. Kalo biasanya hanya sekitar 100 km dan selesai dalam sehari, ini hampir 800 km dan melewati 3 buah provinsi. Weleh.... Kuat nggak ya sampai Bandung. Dari Malang sampai Yogyakarta sendirian, dan selanjutnya tambah satu orang lagi dari Yogyakarta.
Di dalam otak sudah tersusun perjalanan dari Malang sampai Yogyakarta 4 hari, Yogyakarta sampai Bandung 4 hari juga. Tapi entahlah, hitungan hari bisa tambah bisa kurang.


16 Maret pukul 07.00, Gowes Malang - Kediri, sekitar 113km
sori ya mas Ngoeng, gambarnya saya comot :p

Ngos - ngosan mancal sepeda buat ke pintu gerbang UB dimana teman teman Koskas Malang sudah berkumpul disana. Hari itu aku nggak tidur sama sekali. Gugup, senang, dan hal lainnya semua campur aduk di dalam kepala. Setting sepeda aku lakukan ketika adzan subuh berkumandang. Pannier? Cukup pake tas laptop 2 biji diikat dengan tali. Wehehehe
Ternyata pagi itu semua sudah berkumpul. Fix aku yang paling telat hari itu, hahaha. Kami ngobrol - ngobrol dan tak lupa rutinitas kembali dilakukan, apalagi kalau bukan foto - foto narsis. Hehehe
jadi ininya dianuin, terus anunya di anu - anuin

Sebelum berangkat, suntikan semangat dari teman - teman tak lupa dikumandangkan (dikumandangkan? sori kehabisan kata. hahaha). Lumayan untuk penambah semangat pagi itu, beberapa teman juga ikut mengantar sampai Coban Rondo. Mantap ......
Dua orang mengundurkan diri karena ada kepentingan negara yang mendesak dan tak bisa ditinggalkan ketika kami sudah berada di alun - alun kota Batu. Tinggal aku, Mas Danang, Wewo, Mas Heru, dan Om Rombeng KW yang tersisa melanjutkan nanjak sampai Coban Rondo. Tak masalah, btw terima kasih ya udah repot repot ngantar sampai ke atas
Sekitar jam 10 pagi aku sampai duluan di pertigaan Coban Rondo, yang lain masih di belakang. Setelah 2 batang rokok dan sebotol air mineral habis satu persatu mulai nampak para anggota Koskas Malang. Mas Danang dengan seli ajaibnya, Mas Heru dengan luar biasa nanjak pakai sepeda DJ single speed, Wewo (kalo ini sih gak ajaib lagi, sepedanya memang khusus buat nanjak), dan 15 menit kemudian baru Rombeng KW menyusul.
Setelah foto - foto dan istirahat, rombongan lanjut ke kiri menuju Coban Rondo. Dengan semangat 45 aku lanjut ke Kediri. Nah kalau dari sini sudah mulai gampang, banyak trek turun dan tanjakan hanya rolling sekali dua kali. Yuhuuuuuuuu, niat hati mau ngebut tapi tas dibelakang terasa mengganjal. Kebetulan juga ada rombongan berjamaah dari Kediri menuju Malang. Wow, salut gila, dari yang muda sampai yang tua ada.
Sampai Kediri hujan menyambut, cek handphone, ternyata hanya 6,5 jam. Lebih cepat dari terakhir kali gowes dari Malang ke Kediri, hahaha....
Gowes dari Malang ke Kediri nggak begitu capek, jaraknya sekitar 100km, kita hanya nanjak sekitar 25 km, selanjutnya jalan turun terus sampai Pare. Di tengah jalan ada satu dua tanjakan rolling, gak begitu sulit sih

17 Maret 2013, Istirahat Perbaikan Gizi
Santai dulu lah di rumah. Dengkul masih terasa ngebulnya. Perut juga minta diisi dengan makanan yang kadar gizinya lebih tinggi dari mi instant di kosan. Pokoknya hari ini istirahat total ! Hehe


18 Maret 2013, Kediri - Mantingan, sekitar 142 km

Sengaja berangkat pagi agar di jalan nggak terlalu siang. Rencananya sih hari itu berhenti di Caruban, tapi kenyataannya malah lanjut sampai Mantingan, Ngawi. Gara - gara jam 11 udah sampai di Caruban, kalau berhenti pasti nanggung banget, niatkan hati lanjut sampai sore. Dan sensasi terik panas matahari kota Ngawi, tubuh yang kelelahan, mata yang berkunang - kunang, angin yang bertiup melawan arah, kendaraan beroda banyak dengan kecepatan tinggi yang cuek melihat pesepeda, ditambah nggak ada teman untuk ngobrol saat perjalanan. Lengkap ! Harus mampir ke warung secepatnya ! Dan warung disamping ring road nampak bagaikan oase di tengah sahara. Alhamdulillah......
Es teh seharga seribu lima ratus adalah penurun suhu tubuh yang kepanasan, siang itu. Hari masih siang, kalau dipaksa gowes sekarang juga namanya cari mati. Kedua tangan yang tak bersarungkan glove sudah nampak menghitam, anggap saja tanda perjuangan sampai Bandung nanti.
"Kalau dari sini sampai Mantingan berapa kilometer lagi, Pak?"
"Ya sekitar 15 kilometer lagi lah, kalau naik sepeda sekitar satu jam juga sampai kok"
Satu jam apanya, 15 kilometer apanya, dari tadi ini lebih dari 15 kilometer kali, gowes dari jam 3 sore sampai hari mau gelap juga belum sampai. Padahal sudah ngebut saat start dari warung di ring road tadi, nah ini kapan nyampainya bos, mana jalannya rolling naik turun, masuk hutan, hari mulai gelap, mana gerimis pula.
Buat bapak yang ada di warung ring road Ngawi, kalau bapak baca tulisan saya ini saya pengen ngomong.
Setan sampeyan pak! Limolas kilo matamu kuwi!
Plang bertuliskan "Pondok Gontor Putri 1" seakan menjadi penambah semangat. Rencana memang mau menginap disana. Cuaca juga rupanya sedang berpihak memberi semangat dengan menghentikan curah gerimisnya. Namun jalan tetap rolling naik turun. Air juga habis, mau ke warung tapi nanggung sudah dekat. Di plang juga tertulis tinggal 3 kilo lagi.
Kaki yang mulai keras bekerja dari pagi sampai sore, air yang habis, perut yang keroncongan, mulut yang kering, keringat bercucuran, Semangat.....
Yeah, sampai juga akhirnya, tepat ketika adzan maghrib berkumandang. Langit pun memberi sorak sorai dengan melepas limpahan air yang dari tadi ia bendung. Sesuatu yang jarang di daerah yang terbilang kering, bahkan air di daerah Mantingan ini pun terasa hangat baik siang maupun malam. Gak percaya? Silahkan datang dan mandi di daerah tersebut, setelah mandi pun anda pasti tetap bercucuran peluh keringat.
Sore kuhabiskan dengan berbincang dengan para orang tua yang anaknya berada di pondok ini. Kebetulan aku punya adik yang menuntut ilmu disini, jadi ada alasan untuk menginap (walaupun saat itu aku tak menemui mereka, hehehe). Kebetulan hari itu hanya sedikit orang tua yang menjenguk anaknya, jadi aku bisa tiduran di musholla tanpa berdesakan. Seorang ibu yang kebetulan punya warung di Gili Trawangan mempersilakan mampir kalau suatu saat aku mampir kesana (pasti kesana kok bu, entar habis lebaran saya gowes ke Lombok kok :D).
Hujan masih saja deras, kaki sudah nggak muter pedal, mata mulai mengantuk. Sebatang rokok dulu, kemudian mata benar benar minta terpejam
info : Jangan sekali - kali menginap di masjid yang dekat dengan pondok Gontor Putri 1. Sudah banyak cerita orang yang sedang bepergian jauh dirampok disini. Lebih baik lanjutkan perjalanan dan menginap saja di pom bensin.


19 Maret 2013, Mantingan - Yogyakarta, sekitar 117 km

Mata setengah terbuka ketika adzan subuh berkumandang. Aku ingat di dekat pondok tersebut ada pasar pagi, harga makanan disana lumayan murah, lima ribu rupiah sudah termasuk teh hangat. Biasanya orang yang bepergian jauh dengan kendaraan pribadi pasti menyempatkan diri mampir disini. Sebatang rokok dibakar, mari berangkat mencari sarapan.
Langit masih mendung, agak was was juga kalau sampai di tengah jalan hujan turun. Berangkat jam 7 pagi dari Pondok Gontor menuju Jogja. Ternyata kaki sudah nggak bersahabat lagi, sudah mulai terasa agak sakit saat mengayuh pedal, dipegang pun juga sudah keras. Waw, harus kuat sampai Jogja nih...
Ternyata siang ini panas terik sekali saudara saudara! Sampai kota Solo jam 11 siang rasanya kepala mendidih. Saat seperti ini memang wedangan adalah sahabat terbaik melepas lelah. Air es yang mengalir melewati kerongkongan masuk ke lambung terasa nikmat, benar benar enak. Dari sini sudah mulai bisa bernafas lega, Solo Jogja tinggal 60 kilometer lagi, jalannya juga sedikit agak turun. Hehehehe, istirahat agak lama lah, toh hari ini pasti bakal sampai Jogja. Sebatang lagi deh, semoga saja nanti sekitar jam 1 cuaca agak mendung....
Dan ternyata doa tak terkabulkan. Klaten panas membara di ubun ubun. Panasnya minta ampun. Air dengan cepat terkuras habis. Haduh edan deh, setelah setengah jam gowes akhirnya mampir warung lagi mendinginkan suhu tubuh. Gak lucu juga kalau nanti di jalan pingsan karena kepanasan.
"Mas, kemarin disini nggak hujan ya?"
"Wah, kalau Klaten jarang hujan mas. Tiap hari juga panasnya seperti ini"
Jawaban dari mas mas penjaga angkringan rasanya sudah cukup, semoga nanti aku nggak bakalan tinggal di kota yang mataharinya ada kembar ini. Panasnya lebih panas dari Surabaya. Haduh mak jangan sampai deh nanti dapat kerja disini.
Setengah jam rasanya sudah cukup untuk istirahat. Walaupun matahari masih bersinar terik, mending lanjut aja deh. Di depan sudah mendung, sepertinya kota Jogja tak lama akan turun hujan. Semoga sisa tenaga masih ada buat melawan panas.
Dan akhirnya... Satu... Dua... Tiga.... Hore ada perbatasan !
Hore sudah nyampai Candi Prambanan. Jogja sebentar lagi !
Hore lagi, ada perbatasan lagi !
Hore lagi ah, cuacanya mendung, jalannya juga agak turun !
Hore bisa ngebut !
Hore nyampai Jogja, hore nyampai pertigaan Njanti !
Aaaaaaaaah, akhirnya sampai Jogja juga. Seperti kemarin hujan sudah mulai turun rintik rintik. Hati riang gembira karena sudah masuk Jogja. Jogja bray! Jogja!
Aku menghubungi mas Luki. Katanya langsung mampir ke kedai 24 di Jakal km8. Mak mana lagi ini jakal, kemarin di Jogja gak ada deh daerah namanya Jakal. Setelah tanya orang baru ketahuan, ternyata Jakal adalah singkatan dari jalan Kaliurang. Weleh, nanjak dong berarti. Lumayan, anggap saja ini tanjakan penutupan untuk separuh perjalanan.
Ayo nanjak dikit, bentar lagi sampai, sedikit demi sedikit, kaliurang km 1, kaliurang km 2, sampai kaliurang km 8, ah akhirnya sampai juga. Pertigaan belok kiri kanan jalan, nah ketemu tempatnya. Pas juga hujan turun, lebih deras dari kemarin ketika di Mantingan. Alhamdulillah nggak kehujanan di jalan...
Satu jam menunggu, akhirnya Mas Luki datang, setelah pesan kopi kemudian Mas Kris datang juga, lalu Mas Djarot. Ah untunglah punya teman di Jogja sehingga punya tempat buat menginap. Terima kasih, teman teman :)

dan perkiraan Malang - Jogja 4 hari, ternyata bisa dipangkas 1 hari dengan kenekatan. Muehehehehe


Ucapan terima kasih kepada :
  • Mas Danang, makasih udah bayarin buat daftar jambore koskas
  • Mas Feri, makasih buat tiket pulangnya yah. Gak ada sampeyan aku gak bisa pulang
  • Temen - temen Koskas malang yang nganterin sampai Coban Rondo. Thanks berat ya, ntar kita upgrade dengkul kita sama sama 
  • Temen - temen Koskas Malang semuanya, tengkyu kabeh, salam super
  • Temen temen OANC Yogyakarta. Mas Luki, makasih udah dibayarin kopinya. Mas Kris, makasih udah diijinin nginep (ditraktir makan lagi :p), Mas Djarot, makasih udah mau dititipin sepeda
  • Yang membantu selama perjalanan, gak bisa disebutin satu - satu, yang support doa maupun moral. Makasih semuanya, moga nanti bisa lebih jauh lagi gowesnya

Masih bersambung....

9 komentar:

  1. Hoalaaaaaaah... :o

    Wong edan iki... :)) Akhirnya rilis juga ini catatan sepedaan dari Malang - Jogja. Coba-coba, itu dengkul masih bagus kan? Pinjem dong mas. :))

    Anyway, selamat yaaaa. :D

    BalasHapus
  2. Sungkem suhu rombeng

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Saiki nangendi yo uwonge. Lawas banget ya, mesake

    BalasHapus