Kamis, 02 Mei 2013

Malang Bandung Bersepeda, Dengkul Pun Ngebul Part 2

oh yeah baby, oh yes !!!

Ini sambungan dari cerita sebelumnya. Masih separuh perjalanan tapi senengnya Masya Allah. Padahal masih belum ketemu tanjakan Gentong sama tanjakan Nagrek (dimana di kedua tempat ini dengan terpaksa harus nuntun sepeda). Kenapa gambar pertama yang muncul malah kucing kawin? Coba tanya sama Mas Kris, gambar diatas diambil di kontrakan yang bersangkutan, dan entah kenapa disana dijadikan prostitusi terang - terangan oleh hewan.


20 Maret 2013 - 23 Maret 2013, Jogja Santai...
Santai bray, santay sesantai - santainya. Jogja terlalu indah kalau dipikir terlalu keras. Empat hari di kontrakannya Mas Kris sudah seperti mayat hidup. Makan, rokokan, ngobrol ngalor ngidul, makan. rokokan, ngobrol, makan lagi. Dari sini akhirnya sadar kenapa kalau di ke Jogja ongkos makan kadang bikin dompet nangis. Ternyata di Jogja memang bikin nafsu makan meningkat, kalau di Malang makan sehari dua kali saja udah cukup, di Jogja sehari tiga kali kadang bisa kurang. Serasa perut sensitif kayak mbak mbak yang lagi PMS. Dua jam habis makan sudah lapar lagi. Kota macam apa ini? Untung nggak kuliah disini. Selamat, selamat.....

Tanggal 23 Maret siang hari dapat sms dari Mas Bagus. Nah beliau ini yang bakal jadi teman perjalanan sampai ke Bandung. Rada keder juga, soalnya dia sudah senior dalam masalah bikepacking. Nah aku? Boro - boro, dulu punya pannier aja dijual lagi karena gak ada ongkos makan di kosan, make tas laptop buat dijadikan pannier dadakan, mana rack belakang cuma diikat pakai kabel tis pula :))
Sore sudah packing, barang - barang udah masuk ke tas semua. Diantar Mas Kris ke tempatnya Mas Djarot buat ngambil sepeda. Rencananya hari ini mau menginap di tempatnya Mas Bagus. Besoknya baru gowes dari Jogja ke Cilacap. Lumayan jauh nih, Jogja - Cilacap sekitar 200an kilometer, apalagi ini Cilacap Selatan :\
Setengah tujuh sore barang sudah naik ke atas sepeda. Pamitan sama mas Djarot dan Mas Kris, lanjut turun ke bawah menuju Alun - Alun Selatan. Kebetulan hari itu adalah peringatan Earth Hour, harusnya sih ikut, namun karena baru sampai ke Km 0 jam delapan malam lebih, gagal deh ikutan acaranya. Anjrit baru sadar, matras ketinggalan di rumahnya Mas Djarot. Mau ngambil lagi juga jauh harus nanjak. Bodo lah, biarin disana -__-
Sampai di Alun Alun Selatan Jogja, aku hubungin Mas Bagus. Gak lama dia datang dengan sepeda (aduh jadi pengen punya Surly deh) . Lanjut ke tempatnya, ngobrol sebentar, terus lanjut ngorok. Eh nggak bisa, hawanya beda dengan Kaliurang, kalau di Kaliurang hawanya sejuk, di bawah hawanya seperti di kota Surabaya, panas....
Bodo, ngorok aja lah.....

24 Maret 2013, Yogyakarta - Cilacap, sekitar 200 km

Subuh semua sudah siap, packing - packing barang dan segalanya sudah beres tinggal jalan. Berangkat bertiga bersama seorang lagi sampai tengah perjalanan nanti. Jogja di pagi hari memang enak, rasain sendiri deh kalau nanti ke Jogja.
Aw yeah, belum tengah hari ternyata sudah sampai perbatasan Jawa Tengah, sempatkan diri mampir untuk foto - foto di perbatasan. Ritual yang tak boleh terlewatkan. Saat itu cuaca benar - benar sangat bersahabat. Tidak panas namun juga tidak terlalu mendung, sehingga tenaga tak terkuras karena kepanasan oleh cuaca. Jalan juga hampir sama sekali tidak ada tanjakan, rata mulus sampai sebelum masuk Cilacap. Kayuhan stabil di kecepatan 20km/jam. Di tengah jalan istirahat sebentar untuk menikmati dawet hitam, lupa nama daerahnya itu dimana.

Lanjut perjalanan yang membosankan. Jalan benar - benar datar, lurus terus, sepanjang jalan banyak dilalui kendaraan besar dan bus. Menurut pendapat pribadi, jalan dari Jogja ke Bandung lebih ngeri daripada Surabaya ke Jogja, walaupun di jalur Surabaya Jogja aa bus Sumber Kencono yang terkenal ngawur, tapi kemarin aman - aman saja, memang jalannya ngawur tapi jaraknya nggak terlalu mepet dengan sepeda. Nah kalau disini jalurnya lebih sempit, jadi memang rada hati hati, apalagi jalannya lurus dimana pengendara kendaraan besar memacu kendaraan dengan cepat. Sesekali pengendara sepeda motor menoleh dan mengacungkan jempolnya kepada kami seakan berkata, "Bravo, semangat! Wong gendeng numpak sepeda". Hehehe, penambah semangat...
Sore sekitar jam 4 sudah mulai memasuki kabupaten Cilacap, dari plang tulisan yang ada di jalan kota Cilacap masih sekitar 35km lagi. Berarti kalau gowes santai masih dua jam lagi. Jalannya un sudah mulai kelihatan hancur karena dipaksa dilewati truk truk besar. Gila, 35km ini bikin stress, jalan kecil lawannya kendaraan besar, aspalnya sudah seperti medan cross country saking hancurnya. Sial, klakson mobil dan truk tak satu atau dua kali berbunyi.
"Iyo, cuk!"
"Asu, numpak sepedah aku mbut. Santai ae cuk!"
Sumpah serapah keluar, terkadang harus lewat ke tengah jalan karena jalan yang rusak. Dan kendaraan di belakang kami rewel menyuruh kami cepat. Setan.....
Yeah, manghrib akhirnya kami sampai di kota Cilacap. Sama panasnya dengan Jogja, namun pastinya lebih sepi. Disini aku numpang menginap di rumah Mas Bagus yang kebetulan orang tua punya rumah disini.


25 Maret 2013, Santai Lagi Bray

Santai dulu, istirahat sehari lagi. trek selanjutnya adalah yang sesungguhnya. Dari Cilacap sampai Bandung dihiasi dengan tanjakan yang pasti bikin ngos - ngosan. Sore hari dengan bantuan guide setempat yang siapa lagi kalau bukan Mas Bagus, aku diajak keliling kota Cilacap. Tak lupa ritual foto - foto narsis menjadi menu utama sore itu.


26 Maret 2013, Cilacap - Tasikmalaya, Sekitar 150km
sudah mulai gosong

Mampus, inilah trek bencana yang pertama. Dari Cilacap sampai kota Tasikmalaya jalannya cenderung naik terus. Jam 6 pagi kami berangkat, melewati daerah yang entah dimana, pokoknya lewat hutan - hutan industri. Disini juga sempat ada insiden kecil dimana tali pengikat tas putus dan tersangkut di roda belakang, lebih parahnya lagi dari belakang ditabrak oleh motor. Untung pengendara motor sedang tidak dalam kecepatan tinggi.
Lepas dari hutan, jalan benar - benar terus naik. kalau di hutan tadi masih ada rolling trek, sekarang nanjak terus. Ngos - ngosan sudah pasti, karena masih belum masuk siang hari jadi cuaca belum terlalu panas.
Satu dua tiga, hap hap hap, akhirnya perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat mulai nampak terlihat tepat di saat matahari diatas ubun - ubun.
Di perbatasan ini sempat melihat ada tiga orang yang sedang turing sepeda juga, aku ke barat dia menuju ke Jogja. Hebatnya lagi mereka memakai sepeda onta. Wow! gak bisa ngebayangin gimana waktu lewat tanjakan dari Bandung menuju Nagrek.
Disini bus - bus antar provinsi sudah mulai menaikkan darah. Bus Budiman adalah bus paling kampret selama perjalanan. Jarak dari setang dan bodi bus hanya satu jengkal. Iya kalau jalannya pelan, nah ini medan naik, mereka main ngebut aja. Setan setan !
Setelah istirahat makan siang jalan bukannya tambah landai malah tambah nanjak. Aku sama Mas Bagus berjarak sekitar setengah jam, dia di depan aku di belakang. Untunglah sore sekitar jam 4 sudah mulai terlihat tanda - tanda memasuki kota Tasikmalaya. Rencana hari itu kami menginap di masjid raya Tasikmalaya. Jam 5 sore kami tiba disana, minta ijin kepada penjaga masjid dan alhamdulillah diperbolehkan menginap disana. Asik, malam ini ada tempat nginap.
Apabila menginap di masjid raya Tasik, hati hati dengan barang bawaan anda

27 Maret 2013, Tasikmalaya - Bandung, Sekitar 110km

Pagi hari, lhah sandalku dimana? Ini buff juga ilang kemana nih. Bangke! Karena lupa mengamankan kedua barang tersebut, akhirnya hilang digondol maling brengsek. Mau nggak mau terpaksa di ikhlaskan. Bukan rejeki.
Pagi jam 7 kami pangking dan mulai berangkat. Mampir sarapan sebentar kemudian lanjut nanjak lagi. Ini benar - benar ujia sesungguhnya, medan paling berat ada di hari terakhir. Rasanya di tengah perjalanan pengen masukin sepeda ke kendaraan sampai Bandung saja. Mental juga hampir ngedrop karena capek dan tanjakan yang rasanya entah kapan jadi turunan. Nanjak terus sampai Gentong, rasanya kaki mau copot. Tanjakannya sama miringnya apabila mau ke Bedengan, cuma ini lebih panjang dan lebih ramai. Bus Budiman dengan setia masih menjadi pengganggu utama selama perjalanan. Makin lama makin brengsek saja ini bus.
Akhirnya, tanjakan mulai berganti dengan turunan. Setelah Gentong jalan berubah menjadi turunan panjang. Alhamdulillah, thanks God! Nikmatnya benar - benar luar biasa. Kaki akhirnya bisa istirahat mengayuh, sepeda melaju tanpa dipancal.
Selesai? Belum. Setelah istirahat masih ada tanjakan Nagrek yang terkenal di depan. Jam 2 siang panas panas nanjak kesana. Benar - benar menguras mental dan tenaga. Ini perjalanan paling jauh saya, dan ini adalah tanjakan paling berat yang pernah saya temui. Nuntun akhirnya menjadi pilihan terakhir. Istirahat pun sudah tak terhitung berapa kali.
Naik sedikit
Sedikit lagi....
Hiyak sudah mulai terlihat puncaknya, Bung !...
Tanjakan akhirnya sudah berujung, dan diujung tanjakan sudah menunggu Mas Bagus yang sudah sampai sejaksatu jam yang lalu. Fiuh, jalan menurun sampai Bandung sudah menanti.

Dan ternyata dugaan saya sedikit melenceng. Di dalam otak terpikir bahwa kota Bandung hampir sama dengan kota Malang. Ternyata di dalam kota banyak tanjakan. Haduh haduh.....



Asia Afrika beberapa hari kemudian, saat jambore Koskas

ntar diedit lagi....

4 komentar:

  1. :matabelo:

    Waaaaaaaa iki dengkul dewa pancen juoossss.... Sampai Bandung juga yah... :D :D

    Bener-bener gilaaaa... @_@

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku yo bingung kok iso kuat sampek bandung :))

      Hapus
  2. nice blog, jangan lupa mampir ke blog ane yaa

    http:/travellingaddict.blogspot.com/
    let's blog walking :))

    BalasHapus