"Udah pos berapa ini? Tinggal berapa jam lagi? Sudah dekat belum? Kapan sampai puncak?"Teman seperjalananku, Ekik, mungkin capek dengan keluh kesah yang gak henti - hentinya keluar dari mulutku. Di tengah malam yang dingin, kabut ikut turun, menambah penderitaan seorang pendaki yang pengalamannya baru sebesar biji mentimun.
Pendakian ini sebenarnya tidak direncanakan. Awal rencanaku dengan Ekik, adalah gunung Merbabu. Di tengah perjalanan, saat berada di Solo, timbul niatan untuk pemanasan (halah) mencoba di gunung Lawu ini. Aku bimbang, antara iya dan tidak. Kepalang basah, aku iyakan saja ajakan ini. Toh kata orang - orang, gunung di Jawa Tengah tidak terlalu tinggi, berangkat malam pagi sudah sampai puncak.
Brok.. brok... Suara sepatu PDL jatah TNI AD dihempas ke aspal kota Tawangmangu. Halo, Tawangmangu ! Senang berjumpa denganmu ! Kota ini tidak besar, hawanya sejuk (kalau tidak mau dibilang dingin). Disini aku menyempatkan untuk makan dulu di angkringan dekat pasar Tawangmangu, sambil mengecek perbekalan kalau ada yang kurang. Ini sudah itu sudah, oh ada yang kurang,, tak lengkap kalau nggak bawa Djarum Super. Hehehe...
Cek handphone, waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB. Pak sopir mikrolet juga sudah akan berangkat ke tempat tujuan. Di temani beberapa orang penumpang, berangkat ke daerah Cemoro Sewu. Jalan meliuk - liuk, kabut tipis sudah mulai turun, dan matahari sudah mulai terbenam. Aku berdoa semoga perjalanan ini lancar dan tidak ada gangguan hingga kami tiba di rumah. Amin...
Sebatang rokok Djarum Super yang aku hisap selama perjalanan di mikrolet sudah habis, ketika aku bersama temanku ini sampai di Cemoro Sewu. Kami bayartarif untuk dua orang, lalu pergi ke surau dekat pintu masuk pendakian. Disini kita sempatkan untuk mengecek barang bawaan dan logistik yang lumayan banyak (dan bakal aku sesali karena logistik tidak tersentuh sama sekali selama perjalanan). Isi air minum, cek senter, siap berangkat !!!
"Gak ada nih yang jaga, kita langsung berangkat aja ya?", kataku kepada Ekik. Di pos perijinan tidak ada orang, bingung, karena tak tau apa yang harus dilakukan. Untunglah, ada mbak - mbak yang berbaik hati menolong kita. Nama kita dicatat, disuruh menunjukkan KTP, langsung berangkat (nggak pake bayar, hehehe). Cek HP dari gerbang pendakian, waktu menunjukkan pukul sekitar 19.00 WIB. Semoga sampai di puncak ketika sunrise. Sekali lagi.... Amin......
Ini jalannya yang nanjak, atau akunya yang udah tua? Sempat bertanya - tanya dalam hati. Belum apa - apa nafas sudah ngos - ngosan. Perjalanan baru 15 menit, aku minta break untuk istirahat. Senter yang kubawa sepertinya tidak banyak membantu. Gimana mau membantu? Sebenarnya ini bukan senter, hanya 2 buah korek yang kebetulan memiliki senter yang diikat dengan selotip. Cahayanya? Jangan ditanya, cuma secukupnya aja, yang penting nyala. Tak mau berlama - lama karena hawa dingin, kami berangkat. Sampai pos bayangan 1 kami beristirahat untuk membakar rokok sekedar menghangatkan badan dan mengobati lelah. Iseng - iseng nyoba buat api unggun dengan sampah yang banyak di sekitar, dan tidak berhasil. Hehehe, maklum ya kakak, namanya juga pendaki gadungan.
Bertemu dengan dua orang pendaki, di pos ini, kami melanjutkan perjalanan lagi. Total dalam rombongan ada 4 orang, dengan 2 misi yang berbeda. Dua orang pertama, aku denga Ekik, misinya adalah sampai puncak, 2 orang pendaki tambahan ini, misinya misterius, sepertinya agak gaib - gaib gimana gitu *ditoyor jin*. Nggak usah suudzon, yang penting ada temannya dalam perjalanan. Perjalanan makin lama makin berat, jalan sudah mulai bertambah kemiringannya, kabut juga sudah mulai turun. Badan sudah mulai lelah. Pos bayangan 2, pos 1, pos 2, aku beristirahat lebih lama, sekitar setengah jam untuk memulihkan tenaga. Di pos 1 dan 2 ada warung, dari jauh sebelum kita tiba di pos yang ada warungnya ini, pasti terdengar bunyi genset (yang aku kira suara jin yang lagi ada hajatan). Remang - remang lampu terlihat dari bawah. Sedikit ada penambah semangat untuk beristirahat di atas.
Dari pos 2 perjalanan makin berat. Aku sudah mulai tertinggal rombongan, tiap lima langkah aku istirahat. Carrier ini membunuhku (halah, kayak d masip aje bang). Beban rasanya tambah lama tambah berat, tenda ku keluarkan. Selama perjalanan kuseret, sudah tidak kuat lagi untuk membawanya. Dalam pikiran sudah mulai timbul niat untuk tidak meneruskan perjalanan. Tapi hati selalu mensugesti, "bentar lagi nyampek, bentar lagi nyampek". Lima langkah istirahat, lima langkah istirahat, sepatu PDL terasa makin menambah beban. Ingin rasanya kulepaskan di tengah jalan, tapi sayang, hahaha....
Hari hampir pagi ketika sudah sampai di pos peristirahatan terakhir. Menyempatkan diri untuk sekedar ngopi dan merokok, ditemani dengan asap dari dapur warung yang selalu mengepul, mengalahkan semburan asap rokok dari mulut. Sekitar 30 menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan ke puncak. Nah, disini kita berpisah dengan mas - mas 2 orang pendaki yang bertemu di pos bayangan 1 tadi, entah kemana tujuaannya, pokoknya kami berdua melanjutkan perjalanan ke puncak. Harapan untuk sampai puncak ketika sunrise masih ada, matahari sudah hampir terlihat di arah timur. Tancap gas gan, sebentar lagi sampai, puncak sudekat. Beta sudah tidak kuat kalau naik sampai nanti siang :D
Akhirnya, sampai juga di puncak Gunung Lawu, kakak. Senang rasanya separuh penderitaan sudah berakhir. Hamparan awan terlihat di bawah kaki kita, serasa berada di kahyangan (asli ini lebay banget). Karena badan lelah, nggak ada niat untuk narsis - narsisan, hanya Ekik yang masih niat buat narsis (saat itu, bakat narsis di puncak gunung saya masih belum timbul, masih malu - malu kucing).
Puas di puncak, pukul 08.00 WIB kita turun ke warung Mbok Yem. Warung ini ada di bawah puncak Gunung Lawu, dan warung inilah yang mebuat saya marah - marah karena logistik dan tenda menjadi sia - sia. Fasilitas disini semua hampir ada. Televisi ada, colokan listrik juga ada, mau makan atau minta kopi tengah malam pun pasti dibikinin. Tau gini cuma bawa sleeping bag sama matras aja nih. Tak apalah, jadiin sebagai pengalaman :)
Untuk ke Gunung Lawu dari kota Malang via jalur darat, berikut laporannya :
- Dari Malang, naik bus Puspa Indah jurusan Jombang, naik dari terminal Landungsari
- Sampai Jombang, turun di Solo naik bus jurusan Tawangmangu
- Dari Tawangmangu kita naik angkot sampai ke Cemoro Sewu
- Maaf tarif gak disebutin, udah lupa, ini juga udah kapan hari juga, hehehe
masih belum sanggup untuk naik gunung, pasti ngos2an kayak cerita nya kalo gw yg nanjak ihik3x
BalasHapusngos ngosannya gara - gara salah kostum, bawa peralatan lengkap tapi ternyata di puncak ada warung. hehehe
BalasHapus